7 Kesalahan Pemasaran yang Sering Dilakukan Marketeer dan Cara Menghindarinya

Avatar photo

D. Mendra

Kesalahan Pemasaran yang Sering Dilakukan Marketeer

Kenali berbagai kesalahan pemasaran yang sering dilakukan marketer dan temukan cara menghindarinya untuk strategi pemasaran yang lebih sukses.

Dalam dunia pemasaran, kesalahan bisa terjadi kapan saja, bahkan oleh marketer berpengalaman. Beberapa kesalahan ini bisa berdampak besar pada keberhasilan kampanye pemasaran.

Artikel ini akan mengulas 7 kesalahan pemasaran yang umum terjadi dan memberikan solusi praktis untuk menghindarinya, sehingga Anda dapat mengoptimalkan strategi pemasaran dengan lebih baik.

1. Strategi Pemasaran Lebih dari Sekadar Pemilihan Kanal

Banyak marketer beranggapan bahwa strategi pemasaran hanya soal memilih kanal yang tepat untuk menempatkan iklan—baik itu di media sosial, acara offline, atau melalui kemitraan. Padahal, pemasaran yang efektif membutuhkan pendekatan yang jauh lebih komprehensif.

Sama seperti seorang penyanyi yang tidak hanya membutuhkan suara yang bagus, tetapi juga harus memiliki lagu yang kuat dan band pengiring yang harmonis, strategi ` harus mencakup berbagai elemen seperti positioning, komunikasi yang jelas, serta storytelling yang efektif.

Pemahaman ini menekankan bahwa kanal hanyalah alat; yang lebih penting adalah pesan yang ingin disampaikan dan bagaimana pesan tersebut diresonansikan dengan audiens target.

2. Branding Lebih dari Sekadar Meningkatkan Awareness

Branding Lebih dari Sekadar Meningkatkan Awareness
Foto: Envato Elements/Wavebreakmedia

Kesalahan lain yang sering dilakukan adalah menganggap branding hanya tentang meningkatkan kesadaran atau awareness.

Meskipun memiliki brand yang dikenal luas merupakan pencapaian, itu hanyalah sebagian kecil dari strategi branding yang seharusnya lebih mendalam.

Branding yang kuat harus dibangun dengan mengembangkan karakter, positioning, dan personality yang jelas dari sebuah brand.

Tanpa elemen-elemen ini, sebuah brand mungkin hanya sekadar dikenal, tetapi tidak akan mampu menciptakan koneksi emosional dengan konsumennya. Untuk membangun loyalitas jangka panjang, brand harus bisa dicintai, tidak sekadar diingat.

Baca Juga:  10 Strategi Content Marketing di TikTok untuk Tingkatkan Engagement dan Penjualan

3. Promosi Efektif Harus Berorientasi Jangka Panjang, Bukan Sekadar Diskon

Banyak marketer tergoda untuk menggunakan promosi seperti diskon besar-besaran sebagai strategi cepat untuk meningkatkan penjualan. Namun, strategi seperti ini seringkali tidak berkelanjutan.

Ketika konsumen terlalu sering menerima diskon, mereka mulai menganggapnya sebagai norma dan nilai produk bisa menurun. Oleh karena itu, penting untuk merancang strategi promosi yang lebih terukur dan berbasis data.

Promosi yang efektif seharusnya tidak hanya fokus pada peningkatan penjualan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana membangun nilai brand dan hubungan jangka panjang dengan konsumen.

4. Konten Viral Tidak Selalu Berarti Peningkatan Penjualan

Di era digital saat ini, banyak perusahaan fokus untuk menciptakan konten yang bisa menjadi viral. Meskipun viralitas dapat meningkatkan visibilitas brand secara signifikan, hal ini tidak selalu berujung pada peningkatan penjualan atau konversi.

Konten yang viral hanya akan memberikan dampak positif jika selaras dengan pesan brand dan relevan bagi audiens target. Tanpa strategi yang jelas, konten yang viral bisa saja menjadi gangguan atau “noise” yang tidak memiliki nilai strategis bagi brand.

Marketer harus memastikan bahwa setiap konten marketing yang dibuat tidak hanya sekadar viral, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah bagi brand dan konsumennya.

5. Menggabungkan Hard Sell dan Soft Sell untuk Efektivitas Maksimal

Menggabungkan Hard Sell dan Soft Sell untuk Efektivitas Maksimal
Foto: Envato Elements/Drazen Photo

Ada perdebatan mengenai apakah strategi hard sell (penjualan langsung) lebih efektif dibandingkan dengan soft sell (pendekatan yang lebih halus). Sebenarnya, kedua pendekatan ini tidak harus saling bertentangan.

Strategi pemasaran yang baik sebaiknya menggabungkan keduanya. Pesan langsung dari hard sell dapat disisipkan dalam iklan soft sell untuk menarik perhatian audiens tanpa terkesan terlalu memaksa.

Baca Juga:  Cara Efektif Meningkatkan Brand Awareness Melalui Media Sosial

Ini memungkinkan brand untuk tetap mempertahankan kedekatan emosional dengan audiens sambil tetap memotivasi mereka untuk melakukan tindakan tertentu, seperti membeli produk.

6. Menyelaraskan Strategi Jangka Pendek dan Jangka Panjang untuk Kesinambungan Pertumbuhan

Sering kali ada perbedaan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam pemasaran. Tim penjualan biasanya fokus pada hasil jangka pendek, sementara tim pemasaran lebih cenderung melihat manfaat jangka panjang.

Namun, kedua pendekatan ini harus seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Pemilik merek perlu memastikan bahwa strategi jangka pendek, seperti promosi penjualan atau kampanye iklan, sejalan dengan visi jangka panjang perusahaan.

Dengan kata lain, pencapaian jangka pendek sebaiknya tidak mengorbankan pertumbuhan dan reputasi brand dalam jangka panjang.

7. Brand Story yang Menekankan pada Peran Konsumen, Bukan Hanya Brand

Kesalahan terakhir yang sering dilakukan oleh marketer adalah menganggap brand story hanya tentang brand itu sendiri. Padahal, brand story yang efektif adalah yang bisa mengangkat cerita konsumen dalam versi terbaik mereka, dengan brand sebagai fasilitator atau enabler.

Cerita brand yang kuat harus bisa menjawab pertanyaan, “Bagaimana brand ini membantu konsumen menjadi versi terbaik dari diri mereka?” Ketika konsumen merasa bahwa brand memiliki peran dalam kehidupan mereka, mereka akan lebih cenderung menjadi loyal dan bahkan menjadi advokat bagi brand tersebut.

Kesalahan-kesalahan dasar dalam pemasaran seperti yang disebutkan di atas sering kali terjadi karena kurangnya pemahaman mendalam tentang strategi yang efektif.

Pemasaran yang sukses bukan hanya tentang berapa banyak orang yang melihat iklan Anda, tetapi tentang seberapa dalam brand Anda beresonansi dengan audiens.

Dengan memahami esensi di balik setiap langkah pemasaran dan berorientasi pada keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang, marketer dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan konsumen dan memastikan keberhasilan bisnis yang berkelanjutan.

Baca Juga:  10 Strategi Content Marketing di TikTok untuk Tingkatkan Engagement dan Penjualan

Share

Rekomendasi