Rekonstruksi 3D Makam Richard III – Inovasi Digital Lestarikan Warisan Sejarah Inggris

Avatar photo

D. Mendra

Rekonstruksi 3D Makam Raja Richard III

Makam Raja Richard III, salah satu tokoh paling kontroversial dalam sejarah Inggris, kini dilestarikan secara digital melalui teknologi pemindaian 3D mutakhir.

Penemuan yang semula hanya berupa kerangka di bawah tempat parkir di Leicester kini telah disulap menjadi model digital tiga dimensi yang kaya detail dan akurat, tanpa merusak situs aslinya.

Penemuan Bersejarah di Bawah Tempat Parkir

Pada tahun lalu, tim arkeolog dari University of Leicester menggemparkan dunia ketika mereka menemukan kerangka yang diyakini milik Raja Richard III – raja terakhir dari Wangsa Plantagenet – di bawah tempat parkir Leicester City Council.

Bermodalkan catatan sejarah kuno, penggalian yang dimulai pada Agustus berhasil menemukan sisa-sisa gereja Grey Friars yang telah lama hilang.

Di sanalah, mereka menemukan kerangka laki-laki yang kemudian dikonfirmasi melalui tes DNA sebagai peninggalan Richard III, raja yang gugur dalam Perang Mawar pada tahun 1485.

Konfirmasi DNA dan Relokasi Kerangka

Pada Februari, tim peneliti mengumumkan bahwa hasil pencocokan DNA dari gigi dan tulang dengan keturunan langsung Raja Richard III membuktikan keaslian penemuan tersebut.

Kerangka sang raja kemudian dipindahkan untuk dikebumikan ulang secara layak di Katedral Leicester, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan warisan kerajaan Inggris.

Rekonstruksi Digital 3D: Cara Modern Memahami Masa Lalu

Dengan tujuan melestarikan warisan sejarah tanpa merusak lokasi situs, para peneliti menggunakan kombinasi teknologi pemindai laser dan teknik fotogrametri untuk menciptakan rekonstruksi tiga dimensi makam Richard III.

David Ackerley, peneliti dari University of Leicester, menjelaskan bahwa teknologi ini memungkinkan mereka:

  • Merekam detail resolusi tinggi dari situs yang tidak dapat dijangkau secara fisik.
  • Menjaga tata letak asli makam tanpa intervensi fisik.
  • Menyediakan pendekatan modern dalam dokumentasi arkeologi yang aman dan efisien.
Baca Juga:  10 Tempat Wisata di Sulawesi Selatan, Dari Pantai Hingga Pegunungan yang Eksotis

“Dulu, semuanya dilakukan dengan pengukuran manual. Sekarang, kita bisa memetakan area situs dengan lebih cepat dan akurat,” kata Ackerley.

Eksplorasi Lanjutan Situs Grey Friars

Tak berhenti sampai di situ, pada musim panas tahun ini, tim arkeolog kembali melakukan penggalian lanjutan di situs Grey Friars selama empat pekan. Mereka berharap:

  • Menemukan lebih banyak struktur dari gereja abad pertengahan tempat Richard dimakamkan.
  • Mengidentifikasi makam-makam lain, termasuk satu peti mati batu yang diyakini milik seorang kesatria abad pertengahan.
  • Menguak kisah misterius tentang pastor tanpa kepala, seperti tertulis dalam legenda lokal. Konon, sekelompok Grey Friars dipenggal oleh pasukan Henry IV dan dikuburkan di lokasi tersebut.

Pentingnya Rekonstruksi Digital dalam Arkeologi

Proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi modern mendukung pelestarian warisan sejarah, dengan manfaat sebagai berikut:

  • Memberikan akses visual dan edukatif untuk publik dan pelajar.
  • Membantu peneliti mengkaji ulang situs tanpa mengganggu keaslian struktur.
  • Memudahkan pembuatan tur virtual dan dokumentasi ilmiah jangka panjang.

Dengan model 3D ini, makam Raja Richard III dapat dinikmati secara visual oleh generasi masa kini dan mendatang tanpa harus mengganggu situs fisiknya.

Rekonstruksi 3D makam Richard III bukan hanya pencapaian teknologi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah.

Perpaduan antara arkeologi, sejarah, dan teknologi digital ini membuka babak baru dalam pelestarian warisan budaya.

Temuan dan digitalisasi ini menjadi contoh bagaimana masa lalu dapat dihidupkan kembali secara etis dan edukatif, serta menjadi jembatan antara peradaban abad pertengahan dan kecanggihan abad ke-21.

Share

Tags

Rekomendasi