10 Strategi Pivot Bisnis Saat Produk Lama Tak Lagi Relevan

Avatar photo

D. Mendra

Strategi Pivot Bisnis Saat Produk Lama Tak Lagi Relevan

Perubahan itu nggak bisa dihindari – entah karena pandemi, tren baru, teknologi, atau perubahan perilaku konsumen.

Bahkan produk atau layanan yang dulunya laris manis, bisa tiba-tiba ditinggal pelanggan. Bukan karena kamu gagal, tapi karena pasar berubah. Nah, di sinilah konsep pivot bisnis jadi penyelamat.

Pivot bukan berarti mulai dari nol, tapi mengalihkan arah strategi bisnis agar lebih relevan dan berkelanjutan.

Mulai dari ubah produk, layanan, cara distribusi, sampai target pasar – semuanya bisa diatur ulang asal kamu tahu langkahnya.

Yuk, langsung simak 10 strategi pivot bisnis saat produk lama tak lagi relevan, biar usahamu nggak mandek dan tetap bertumbuh!

1. Ubah Produk atau Layanan Jadi Solusi Baru

Ubah Produk atau Layanan Jadi Solusi Baru

Kenapa Ini Strategi Utama? Kadang produk lama udah nggak dibutuhkan, tapi bisnis kamu masih punya aset, keahlian, dan relasi yang bisa dimanfaatkan buat produk lain.

Contoh:

  • Cafe yang sepi pengunjung saat pandemi → jadi bisnis makanan beku atau kopi literan
  • EO (event organizer) beralih ke layanan webinar dan live streaming

Tips: Analisis masalah baru di pasar, dan lihat apakah kamu bisa jadi solusinya.

2. Masuk ke Segmen Pasar Baru

Kenapa Perlu Diversifikasi? Mungkin produknya masih oke, tapi pasarnya udah jenuh. Coba sasar segmen baru yang lebih spesifik atau belum banyak pesaing.

Contoh:

  • Skincare awalnya untuk wanita → pivot ke pria, remaja, atau ibu hamil
  • Produk digital → alihkan untuk pasar B2B, bukan hanya konsumen biasa

Tips: Lakukan riset kebutuhan & kebiasaan segmen baru biar strategi tetap tepat sasaran.

3. Rebranding: Ubah Wajah dan Suara Brand

Saatnya Refresh! Kadang masalah bukan di produk, tapi di persepsi. Rebranding bisa membantu kamu reconnect dengan pasar dan menargetkan audiens baru.

Baca Juga:  4 Strategi Membangun Bisnis Bimbel yang Sukses

Elemen yang Bisa Diubah:

  • Logo dan visual
  • Slogan atau tagline
  • Nama produk
  • Gaya bahasa dan tone komunikasi

Contoh: Brand makanan sehat yang sebelumnya tampil “kaku”, dipoles jadi lebih fun dan anak muda-friendly.

4. Digitalisasi Layanan (Go Online)

Transformasi Digital = Kunci Bertahan. Banyak bisnis yang awalnya hanya offline, sekarang justru tumbuh lebih besar setelah pivot ke online.

Contoh Pivot Digital:

  • Kelas yoga offline → jadi member online dengan kelas Zoom
  • Konsultasi kesehatan → layanan telehealth

Tips: Gunakan media sosial, marketplace, dan tools digital seperti WhatsApp Business atau Shopify.

5. Kemitraan Strategis atau Kolaborasi

Kerja sama bisa mempercepat peralihan bisnis karena kamu nggak mulai dari nol. Bisa kolaborasi dengan brand lain, komunitas, atau influencer.

Contoh:

  • Toko baju lokal kerja sama dengan produsen masker kain
  • Brand minuman kolaborasi dengan bakery untuk hampers edisi khusus

Tips: Pilih partner yang sejalan secara value dan target audiens.

6. Fokus ke Produk atau Layanan yang Paling Potensial

Fokus ke Produk atau Layanan yang Paling Potensial

Lakukan “Simplifikasi.” Nggak semua lini bisnis perlu dipertahankan. Fokuslah pada produk yang paling diminati dan profitable, lalu kembangkan dari sana.

Contoh:

  • Restoran punya 50 menu → dipangkas jadi 15 menu andalan untuk delivery
  • Aplikasi punya 10 fitur → difokuskan ke 3 fitur paling sering dipakai

Tips: Gunakan data penjualan dan feedback pelanggan sebagai dasar keputusan.

7. Tambahkan Model Bisnis Baru

Tambahkan Aliran Pendapatan. Kalau sebelumnya kamu hanya mengandalkan penjualan langsung, kini saatnya coba model lain seperti:

  • Subscription (berlangganan bulanan/tahunan)
  • Kelas atau pelatihan berbayar
  • Afiliasi atau program reseller

Contoh: Bisnis kopi buka kelas online tentang “Home Brewing 101” atau bikin coffee club berlangganan.

8. Manfaatkan Tren yang Sedang Naik

Kenapa Harus Adaptif? Tren berubah cepat, dan kamu harus jadi bagian dari percakapan yang sedang ramai.

Baca Juga:  7 Langkah Mengembangkan Bisnis Dari Awal hingga Sukses

Contoh:

  • Brand fashion mulai jual eco-friendly fashion line
  • Usaha makanan ikut tren “makanan sehat plant-based”
  • Brand skincare pakai tema “anti blue light” karena banyak kerja dari rumah

Tips: Pantau tren lewat TikTok, Google Trends, dan komunitas online yang sesuai.

9. Kembangkan Produk Pelengkap atau Turunan

Jangan Buat yang Benar-Benar Baru. Kalau produk utama mulai jenuh, coba kembangkan versi pelengkapnya.

Contoh:

  • Jualan sepatu → tambahkan perawatan sepatu dan aksesoris
  • Jualan kopi → tambahkan tumbler, kopi decaf, atau paket hampers

Tips: Pastikan tetap sesuai dengan karakter brand dan kebutuhan pelanggan.

10. Libatkan Pelanggan dalam Proses Perubahan

Kenapa Ini Penting? Karena mereka yang paling tahu apa yang mereka butuhkan. Libatkan pelanggan agar mereka merasa punya “andil” dalam perjalanan bisnis kamu.

Caranya:

  • Buat polling di Instagram Story
  • Minta review dan ide produk baru
  • Ajak mereka voting desain kemasan atau nama varian

Bonus: Kamu juga dapat user-generated content & loyalitas yang makin kuat.

Pivot bukan berarti menyerah, tapi strategi cerdas untuk bertahan dan bertumbuh di tengah perubahan. Pasar akan terus berubah, dan sebagai pebisnis, kamu harus selalu siap beradaptasi.

Dengan menerapkan 10 strategi pivot bisnis di atas – mulai dari ubah produk, masuk ke segmen baru, hingga bertransformasi digital – kamu bisa menjaga bisnis tetap relevan, bahkan makin kuat dari sebelumnya.

Ingat: jangan takut berubah. Takutlah kalau kamu nggak berubah saat pasar sudah berubah duluan.

Share

Rekomendasi